Saturday, June 30, 2007

High end but Katro?

Indonesian People High End but Katro?

from : http://mx1.itb.ac.id/mailman/listinfo/salafyitb


Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan.

Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, dimana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya (atau mungkin juga kendala bahasa).

Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, dimana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunakan HP di dalam ruangan mesin turbin. Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.

Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa di atas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah-mudahan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat. (KOMPAS)*****

Rakyat kita ini memang "high-class". Handphone-nya mahal, transportasi pakai pesawat, tapi bodohnya nggak ketulungan. Ada yang tidak tahu kenapa larangan itu dibuat, ada yang tahu tapi tetap tidak peduli. Orang Indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras dan menyakitkan. Entah kenapa.

Buat yang belum tahu, kenapa tidak boleh menyalakan handphone di pesawat, berikut penjelasannya:

Sekedar untuk informasi saja, mungkin Rekan-rekan semua sudah mendengar berita mengenai kecelakaan pesawat yang baru take-off dari Lanud Polonia, Medan. Sampai saat ini penyebab kejadian tersebut belum diketahui dengan pasti.

Mungkin sekedar sharing saja buat kita semua yang memiliki dan menggunakan ponsel/telpon genggam atau apapun istilahnya. Ternyata menurut sumber informasi yang didapat dari ASRS (Aviation Safety Reporting System) bahwa ponsel mempunyai kontributor yang besar terhadap keselamatan penerbangan. Sudah banyak kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi akibatkan oleh ponsel. Mungkin informasi di bawah ini dapat bermanfaat untuk kita semua, terlebih yang sering menggunakan pesawat terbang.

Contoh kasusnya antara lain:

  • Pesawat Crossair dengan nomor penerbangan LX498 baru saja take-off dari bandara Zurich, Swiss. Sebentar kemudian pesawat menukik jatuh. Sepuluh penumpangnya tewas. Penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat.
  • Sebuah pesawat Slovenia Air dalam penerbangan menuju Sarajevo melakukan pendaratan darurat karena sistem alarm di kokpit penerbang terus meraung-raung. Ternyata, sebuah ponsel di dalam kopor di bagasi lupa dimatikan, dan menyebabkan gangguan terhadap sistem navigasi.
  • Boeing 747 Qantas tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki justru ketika sedang final approach untuk mendarat di bandara Heathrow, London. Penyebabnya adalah karena tiga penumpang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game masing-masing (The Australian, 23-9-1998).
Bagaimana di Indonesia? Bangsa yang mudah terserang culture-shock ini memang unik. Ada yang mungkin karena sempitnya wawasan, mereka pikir gangguan bisa diminimalkan dengan cara men-silent dan mengaktifkan fungsi getar ponsel. Padahal yang mengganggu bukan bunyinya. Lalu ada beberapa yang sudah sadar untuk mematikan ponsel selama pesawat di angkasa. Akan tetapi seperti yang banyak kita lihat, begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, langsung saja terdengar bunyi beberapa ponsel yang baru saja diaktifkan. Para "pelanggar hukum" itu seolah-olah tak mengerti, bahwa perbuatan mereka dapat mencelakai penumpang lain, di samping merupakan gangguan (nuisance) terhadap kenyamanan orang lain.

Dapat dimaklumi, mereka pada umumnya memang belum memahami tatakrama menggunakan ponsel, di samping juga belum mengerti bahaya yang dapat ditimbulkan ponsel dan alat elektronik lainnya terhadap sistem navigasi dan kemudi pesawat terbang. Untuk itulah ponsel harus dimatikan, tidak hanya di-switch agar tidak berdering selama berada di dalam pesawat.

Berikut merupakan bentuk gangguan-gangguan yang terjadi bisa terjadi di pesawat akibat ponsel :

  • Arah terbang melenceng
  • Indikator HSI (Horizontal Situation Indicator) terganggu
  • Gangguan penyebab VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar
  • Gangguan sistem navigasi
  • Gangguan frekuensi komunikasi
  • Gangguan indikator bahan bakar
  • Gangguan sistem kemudi otomatis
Semua gangguan di atas diakibatkan oleh ponsel, sedangkan gangguan lainnya seperti gangguan arah kompas komputer diakibatkan oleh CD & game. Gangguan indikator CDI (Course Deviation Indicator) diakibatkan oleh gameboy. Semua informasi tersebut di atas adalah bersumber dari ASRS.

Dengan melihat daftar gangguan di atas, kita bisa melihat bahwa bukan saja ketika pesawat sedang terbang, tetapi ketika pesawat sedang bergerak di landasan pun bisa terjadi gangguan yang cukup besar akibat penggunaan ponsel. Kebisingan pada headset para penerbang dan terputus-putusnya suara mengakibatkan penerbang tak dapat menerima instruksi dari menara pengawas dengan baik.

Untuk diketahui, ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Sebuah ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki, sebuah ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada di bawahnya (di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh sebuah ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta). (Varis/ Pertamina)*****

Sebagai mahluk modern, sebaiknya kita ingat bahwa pelanggaran hukum adalah juga pelanggaran etika. Tidakkah kita malu dianggap sebagai orang yang tidak peduli akan keselamatan orang lain, melanggar hukum, dan sekaligus tidak tahu tata krama? Sekiranya bila kita naik pesawat, bersabarlah sebentar. Semua orang tahu kita memiliki ponsel canggih. Semua orang tahu kita sedang sibuk bergegas mengejar sesuatu. Semua orang tahu kita banyak urusan. Semua orang tahu kita orang penting. Tetapi, demi keselamatan diri sendiri dan sesama, dan demi sopan santun menghargai sesama, janganlah mengaktifkan ponsel selama di dalam pesawat terbang, yaitu mulai dari saat naik tangga pesawat sampai keluar dari badan pesawat. Anda boleh mengaktifkannya kembali sesudah kedua kaki Anda menjejak bumi.

Semoga suatu hari rakyat Indonesia bisa sedikit lebih pintar